Selamat Membaca

Semoga segala informasi yang ada di blog ini bermanfaat :)
"Ketika aku BERBAGI maka akau "ADA".
( Nur Faizin Angkatan 2010 )

Rabu, 10 Desember 2014

DIPTEROCARPACEAE



CIRI UMUM FAMILI  DIPTEROCARPACEAE


Umum
Dipterocarpaceae merupakan kelompok kayu perdagangan utama (meranti dan balau/Shorea, mersawa/Anisoptera, keruing/Dipterocarpus dan kapur/Dryobalanops). Batangnya silinder, dan banyak yang mencapai ukuran sangat besar, 30 m atau lebih (tinggi bebas cabang). Hopea, Vatica dan Cotylelobium yang secara umum berupa pohon-pohon kecil. Semua jenis Dipterocarpaceae mengeluarkan damar atau oleo-resin.
Taksonomi
Menurut Ashton (1982), famili Dipterocarpaceae memiliki tiga sub famili, yaitu Dipterocarpadeae, Pakaraimoideae, dan Monotoideae.  Diantara ketiga sub famili tersebut, Dipterocarpadeae merupakan sub famili yang terpenting karena memiliki jumlah jenis yang banyak dan bernilai komersil. Sub famili Dipterocarpaceae  ini memiliki 13 genus dan 470 jenis. Famili Dipterocarpaceae yang terdapat di Indonesia adalah Anisoptera (Mersawa), Cotylelobium, Dipterocarpus (Keruing), Dryobalanops (Kapur), Hopea (Giam), Parashorea, Shorea (Meranti), Vatica (Resak) dan Upuna (Alrasyid dkk.,1991).
Biologi
Menurut Ashton (1982), sifat umum dari famili Dipterocarpaceae antara lain pohon berukuran besar atau kecil, berdamar dan selalu menghijau. Pada umumnya batang berbanir dan kulit luar biasanya bersisik atau beralur dan seringkali mengelupas.  Daun tunggal dengan kedudukan berselang-seling (alternate), bertepi rata atau beringgit, bertulang sirip, seringkali berdaging, daun penumpu (Stipula) besar  atau kecil dan seringkali mudah rontok.
Lebih lanjut Ashton (1982) mengemukakan bahwa bunga berkelamin dua, terletak di ujung ranting atau di ketiak daun dalam bentuk malai atau tandan. Daun kelopak berjumlah 5 helai, seringkali menyerupai sayap.  Daun mahkota berjumlah 5 helai, berpilin dalam kuncup dan dasar lepas atau berlekatan.  Benang sari berjumlah 5 -110 dan melebar dalam satu atau beberapa baris.  Tangkai sari umumnya bebas, pendek, seringkali pangkalnya melebar dan beberapa diantaranya sukar rontok.  Bakal buah beruang 3 (jarang 2) atau beruang 1 tidak sempurna.  Bakal biji berjumlah 2-3 pada setiap ruang, menempel pada dinding.  Buah kebanyakan tidak memecah, berbiji satu, kulit buah mengeras (mengayu), endosperm kebanyakan tidak ada dan lembaga tegak.


Sifat-sifat Pohon
Kebanyakan dari jenis-jenis Dipterocarpaceae bersifat toleran terhadap intensitas cahaya pada saat semai dan intoleran setelah mencapai tahap pancang dan tiang (Ashton, 1982).
Sebagian dari jenis Dipterocarpaceae yang toleran terutama yang memiliki kayu dengan berat jenis yang tinggi (tenggelam) contohnya Dipterocarpus spp dan sebagian lagi tergolong semi toleran, yaitu jenis-jenis yang memiliki kayu dengan berat jenis rendah (terapung) contohnya Shorea spp, Hopea spp.  Kebutuhan cahaya untuk keperluan pertumbuhan waktu muda (tingkat anakan) berkisar antara 50 – 75 % dari cahaya total.  Untuk jenis semi toleran, anakan membutuhkan naungan 3 – 4 tahun atau sampai tanaman mencapai tinggi 1- 3 meter.  Sedangkan jenis yang toleran lebih lama lagi, yaitu sampai 5 – 8 tahun (Alrasyid, 1991).
Tempat Tumbuh
Menurut Ashton (1982), sebagian besar jenis-jenis Dipterocarpaceae terdapat pada daerah beriklim basah dan kelembaban yang tinggi dibawah ketinggian 1.000 m dpl, dengan rata-rata curah hujan tahunan mencapai 2.000 mm dan musim kemarau yang pendek.
Pada ketinggian 1.350 meter dapat ditemukan Shorea beccariana, S. flaviflora, S. rubra, dan Vatica hepteroptera.  Kemudian yang tumbuh pada ketinggian 1.500 meter dpl, antara lain : Vatica dulitensis, V. oblongifolia, Shorea monticola, S. ovata dan yang tumbuh sampai ketinggian 1.800 meter dpl adalah Shorea venulosa, Hopea cernua dan Vatica grenulata.  Sedangkan jenis-jenis Dipterocarpaceae yang hidup pada iklim musim dan kering 3-5 bulan per tahun, antara Shorea robusta, S. siamensis, Dipterocarpus littoralis, Hopea celebica, Vatica cinerea dan Parashorea stellata (Alrasyid, 1982).
Jenis-jenis Dipterocarpaceae sebagian besar menghendaki tanah kering yang bereaksi sedikit masam, bersolum dalam, dan banyak mengandung liat.      Pada tanah berkapur ditemukan Hopea aptera, Shorea guiso dan S. harilandii. Pada hutan krangas ditemukan antara lain : Cotylobium burckii, Dryobalanops fusca, Hopea karanganensis, Shorea coriacea, Shorea ratusa, Vatica coriacea, dan Dipterocarpus bornensis.  Pada tanah berpasir, antara lain : Dryobalanops aromatica, Shorea falcifera, Hopea beccariana, dan Upuna borneensis.  Pada tanah bergambut, antara lain Dryobalanops rappa, Anisoptera marginata, Shorea albida dan Dipterocarpus coriaceus (Ashton, 1982).
Penyebaran
Famili Dipterocarpaceae menyebar mulai dari Afrika, Seychelles, Ceylon hingga Semenanjung India, selanjutnya di India Timur, Bangladesh, Burma, Tahiland, Indocina, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Philipina (Ashton,1982). Menurut Alrasyid (1991), secara alami jenis-jenis Dipterocarpaceae merupakan hutan alam campuran yang tersebar luas pada berbagai topografi pada ketinggian dibawah 80 m dpl dan jarang ditemukan hutan-hutan Dipterocarpaceae murni atau berkelompok pada ketinggian 800 m dpl.
Sebaran Dipterocarpaceae
Pulau
Jumlah Marga
Jumlah
Jenis
Jumlah
Jenis endemic
Kalimantan
9
268
113
Sumatera
9
110
12
Jawa
5
10
2
Sulawesi
4
7
2
Maluku
4
7
1
Bali-Lombok
2
3
-
Papua
3
15
11
Sebaran Marga Dipterocarpaceae
Marga
Jawa
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Bali-
Lombok
Papua
Shorea
1
50
127
2
3


Hopea
1
14
42
2
2
1
13
Dryobalanops

2
7




Vatica
3
11
35
2
1

1
Cotylelobium

1
3




Anisoptera
1
4
5
1
1

1
Dipterocarpus
4
25
41


2

Parashorea

3
6




Upuna


1




Ekonomi dan Kayu
Dipterocarpaceae merupakan suku penghasil kayu yang sangat unggul dari kawasan tropis Asia. Dipterocarpaceae meliputi Kayu Daun Lebar Berat, yang awet : balau/bangkirai (Shorea) dan giam (Hopea). Kayu Daun Lebar Sedang, yang tidak awet : keruing (Dipterocarpus), kapur (Dryobalanops) dan merawan (Hopea). Kayu Daun Lebar Ringan, yang tidak awet : meranti merah dan meranti kuning, meranti putih (Shorea), seraya putih atau pendan (Parashorea) dan mersawa (Anisoptera). Kayu resak (Vatica dan Cotylelobium) berukuran kecil shg tidak ditebang tetapi penghasil kayu keras dan kuat, untuk membuat rumah, konstruksi dan jembatan. Kulit batang untuk fermentasi bir dan brem.

Editor by: Nur Faizin (Rimbawan Unri)
 
Daftar Pustaka
Alrasyid H, Marfuah, Wijaya Kusuma dan Hendarsyah. 1991. Vamedicum Dipterocarpaceae. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan, Departemen Kehutanan, Jakarta.
Ashton, P.S. 1982. Dipterocarpaceae. Flora Malesiana Series I- Spermathopyta, Vol.9, Part 2. Sijthoff & Noordhoff International Publishers, Alphen aan  den Rijn. The Netherlands.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar